Rabu, 27 Mei 2015

Tukang bubur beromzet Rp 1 Milyar terlambat libatkan Allah dalam bisnis

Tukang bubur beromzet Rp 1 Milyar terlambat libatkan Allah dalam bisnis
Bisnis Sampingan yang menguntungkan ~ Tukang bubur beromzet Rp 1 Milyar terlambat libatkan Allah dalam bisnis ~ Anugerah Wildan pertama kali makan bubur ayam Abah Odil dengan orang tuanya, beberapa tahun yang lalu. Setelah itu dia ketagihan dan kemudian mengajak rekan-rekan mereka untuk makan bubur khas Tasikmalaya.

"Bubur ini sangat lezat terutama jika kita mengikut sertakan telur setengah matang. Kita sering kesini karena selain suasana menyenangkan dan ramah," katanya kepada mahasiswa UB dari Papua itu.

Hal ini diungkapkan juga oleh Nita Etnita Kurnia Sari, seni tari mahasiswa Universitas Negeri Malang. Porsi sangat pas apalagi jika dikombinasikan dengan varian menu yang disajikan. "Karena saya tidak suka kuah, maka sangat cocok untuk diet," katanya.

Kepuasan pelanggan adalah satu-satunya kebahagiaan Makan Rushandi lebih dari 11 tahun untuk profesinya sebagai bubur ayam tukang. Odil Abah nama ayam polenta diambil dari nama anak bontotnya, Abdillah biasa disebut Odil.

Berbicara tentang perjalanan bisnisnya yang beromzet sebesar Rp 15.000 sampai hingga Rp 1,3 miliar saat ini, tidak lepas dari campur tangan Tuhan. Kesuksesan dalam bisnis Bubur ayam ini berkat campur tangan dari Allah SWT

Bisnis ke-19 kali, sudah dalam keterpurukan, pasrah dengan melibatkan Allah," kata Abah Odil saat ditemui di rukonya di Jalan Soekarno - Hatta Malang.

Abah tidak berpikir bisnis telah berkembang pesat selama dekade terakhir, menjual dengan gerobak di jalan pingiran sampai sekarang mempunyai ruko dan memiliki empat cabang.

"Kami senang, kenikmatan bubur. Tidak ada pikiran, tukang bubur memiliki kantor. Bayangkan, dari limbah pengrajin di pinggir jalan," katanya.

Kesenangan menjual bubur tidak hanya dalam bentuk uang atau materi yang dikumpulkan melainkan Abah Odil merasakan nikmatnya kedekatan dengan Allah. Dengan menjual bubur, kehidupan beragama yang lebih terorganisir. Dia tidak pernah melewatkan waktu sholat berjamaah dengan keluarga dan karyawan.

Tidak hanya itu, ia juga sempat mengikuti ajaran. Menurut dia, ini penting. Selain itu, setelah perjalanan hidup dan bisnis tidak terpisah dari campur tangan Tuhan. Kami makan ditunda melibatkan Tuhan untuk melakukan bisnis.

"Dulu berlimpah rezeki mungkin ya, maka lalai, bagian baru Bubur ini diberikan. Mungkin melalui ini juga dibersihkan dari semua, ketentuan yang berkat," pungkasnya

0 komentar:

Posting Komentar